Selasa, 07 Mei 2013

Bioteknologi Bahan Bakar Alternatif


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, & H2S.
            Biogas dibuat dengan memanfaatkan kotoran ternak, karena itu dapat mengurangi pencemaran oleh kotoran ternak, dan sisa-sisa biogas dapat dimanfaatkan untuk pupuk
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Bakteri yang membantu pembentukan biogas :
·      Bakteri fermentatif : Streptococci, Bacterioides, dan beberapa jenis Enterobacteriaceae
·     Bakteri asetogenik : Kethanobacillus dan Desulfovibrio
·    Bakteri metana : Methanobacterium, Methanobacillus, dan Methanococcus
B. Gasohol
Gasohol merupakan  bahan bakar untuk otomotif yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui dan tidak menimbulkan polusi. Bahan baku yang paling banyak digunakan adalah tebu. Gasohol dihasilkan dari fermentasi khamir pada gula . Setelah tebu diambil gulanya, maka tersisa limbah yang berserat yang disebut bagasse. Bagasse dapat dikeringkan dan dibakar sebagai sumber energi untuk proses destilasi pembuatan gasohol.
Proses pembuatan gasohol :
a. Penanaman tebu
b. Ekstrasi gula dengan memecah dan menggilas tebu
c. Pengkristalan sukrosa, yang menyisakan sirup glukosa yang disebut molase
d. Fermentasi molase oleh khamir Saccharomyces cerevisiae menjadi alcohol pekat
e. Destilasi (penyulingan) alcohol pekat menjadi alcohol murni (gasohol), memakai sumber tenaga dari bagasse.
Ada juga gasohol yang bahan bakunya berasal dari singkong atau ubi kayu yang banyak dijumpai di kebun.  Tanaman ini dipilih karena selain menanamnya mudah, kadar pati singkong cukup tinggi, 28 sampai 30 persen. Di panen setelah mencapai usia tanam 9 bulan. Lalu singkong-singkong tersebut diproses menjadi ethanol, hingga kadar alkoholnya mencapai angka 99,5 % atau bioetanol fuel grade. Selanjutnya dicampur dengan bensin biasa atau premium, dengan perbandingan bensin 90 persen, etanol 10 persen.
Hasil campuran bensin dengan bio-etanol inilah yang kemudian diberi nama dengan gasohol bio-etanol 10% atau disingkat Gasohol Be-10 atau cukup disebut dengan gasohol. Sebagai aditif atau substitusi bahan bakar otomotif, campuran etanol fuel grade dengan bensin ini, bisa mencapai angka 20 %, tanpa harus mengubah mesin yang sudah ada. Dari uji coba yang telah dilakukan, diperoleh beberapa keunggulan. Gasohol mengandung oksigen yang membuat pembakaran lebih sempurna dan lebih ramah lingkungan karena asap pembuangan tidak hitam.
C.Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters (biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak, minyak goreng bekas. Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi. Biodiesel digunakan untuk bahan bakar alternative pengganti BBM untuk motor diesel. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.
Alkohol yang digunakan sebagai pereaksi untuk minyak nabati adalah methanol, namun dapat pula digunakan ethanol, isopropanol atau butyl, tetapi perlu diperhatikan juga kandungan air dalam alcohol tersebut. Bila. Hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh tingginya suhu operasi proses produksi, kandungan air (kandungan air tinggi menyebabkan hasil biodiesel kualitas rendah), lamanya waktu pencampuran atau kecepatan pencampuran alkohol.
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida.  Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi selesai, katalis harus di netralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4)
D. Pure Plant Oil (PPO)
Pure Plant Oil (PPO) adalah minyak yang diperoleh secara langsung baik dari pemerahan atau pengempaan biji sumber minyak, minyak yang telah dimurnikan, maupun minyak kasar tanpa melibatkan modifikasi secara kimia. PPO biasa disebut juga sebagai unmodiefied oil atau SVO (straight vegetable oil). PPO dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung minyak baik yang berasal dari hewan maupun tumbuh-yumbuhan melalui proses pemerahan. Pengembangan PPO ini bertujuan sebagai solusi terhadap kelangkaan BBM dan isu lingkungan yang ditimbulkan akibat penggunaan BBM. Dalam aplikasinya, PPO tidak dapat digunakan secara langsung pada mesin diesel, karena membutuhkan modifikasi atau tambahan peralatan khusus untuk mesin.
Proses Produksi PPO :
a)      Proses Ekstrasi Mekanis
Proses Ekstrasi mekanis bertujuan untuk memperoleh minyak dari biji yang mengandung minyak. Proses yang sering digunakan adalah pengepresan hidrolik (hydraulic presssing) dan pengepresan berulir (screw press). Ekstrasi mekanis dipandang lebih ekonomis, terutama untuk bahan-bahan yang mengandung minyak lebih besar dari 10%.
1.                  Pengepresan Hidrolik (Hydraulic Presssing)
Metode hydraulic presssing merupakan proses ekstrasi dengan memanfaatkan tekanan. Banyaknya minyak terekstrasi tergantung dari besarnya tekanan, lama pengepresan, dan kandungan minyak dalam bahan asal. Tekanan yang umum digunakan pada hydraulic presssing sekitar 140,6 kg/cm (136 atm) dan digunakan untuk bahan-bahan yang mengandung minyak lebih besar dari 20%.
Biji yang mengandung minyak dimasak dahulu sebelum dipres dengan tujuan menggumpalkan protein, mematikan enzim-enzim terutama enzim lipase, dan untuk membuka sel-sel pembungkus minyak di dalam daging biji. Biji kemudian dipres hingga menghasilkan minyak. Kemudian dilanjutkan dengan penyaringan (filtrasi) untuk menghilangkan kotoran yang masih terkandung dalam minyak.
2. Pengepresan Berulir (Screw Pressing)
Pengepresan berulir memiliki beberapa kelebihan dibanding pengepresan hidrilic yaitu  :
a. Biji dapat langsung dipres sehingga menghemat waktu proses.
b. Kapasitas produksi lebih besar karena proses dapat berjalan kontinu.
c. Menghasilkan rendemen yang besar.
Sebagai contoh, biji jarak yang dipres berulir menghasilkan minyak 27-30% dan dari jumlah biji.
Minyak yang diproses melalui metode tersebut diproses lebih lanjut untuk menghilangkan fosfor dan asam-asam lemak bebas dalam minyak. Proses penghilangan fosfor disebut degumming, yaitu menambahkan asa, (umumnya asam fospat) pada konsentrasi 0,01-0,2%. Penghilangan asam-asam lemak bebas dalam minyak melalui proses netralisasi dengan menambahkan larutan alkalin. Minyak yang telah  mengalami proses degumming dan netralisasi disebut dengan PPO.
b)      Proses Ekstrasi dengan Pelarut
            Metode ekstrasi dengan pelarut menghasilkan minyak dengan rendemen tinggi. Namun, metode ini tidak banyak digunakan karena memerlukan biaya investasi yang besar. Bahan yang akan diekstrak minyaknya, dikecilkan ukurannya terlebih dahulu. Umumnya proses ekstraksi berlangsung 6 jam. Biasanya, minyak yang dihasilkan tidak perlu dimurnikan lebih lanjut.
E. Biobriket
            Biobriket adalah bahan bakar yang potensial dan dapat diandalkan untuk rumah tangga. Biobriket mampu menyuplai energi dalam jangka panjang. Biobriket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan tekan tertentu. Harga biobriket relatif murah dan terjangkau masyarakat.
            Proses pembuatan biobriket  meliputi 4 tahap, yaitu pengeringan, penggerusan, pencampuran, dan pembentukan campuran menjadi biobriket.
            Pembuatan biobriket bisa menggunakan sekam, bungkil jarak pagar, dan tempurung kelapa sebagai bahan bakunya. Pembuatan biobriket menggunakan sekam, sekam yang telah kering diarangkan terlebih dahulu dengan tujuan memperbaiki sifat fisik sekam. Pengarangan dilakukan dengan memanaskan sekam dalam drum. Proses berakhir jika sekam terlihat berwarna gelap seperti terbakar.
F. Bio-oil
            Bio-oil adalah sejenis minyak seperti halnya minyak jarak, minyak sawit atau minyak kelapa yang diperoleh dari hasil ekstraksi bahan yang mengandung minyak. Bio-oil juga merupakan bahan bakar cair berwarna gelap, beraroma, seperti asap, dan diproduksi dari biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui teknologi pirolisa. Bahan baku bio-oil dapat berupa bagas (ampas tebu), limbah pertanian jagung(klobot dan tongkol jagung), limbah industry pulp dan kertas, serbuk kayu gergaji, tandan kosong kelapa sawit.
Proses pembuatan Bio-oil :
            Fast pyrolysis adalah dekomposisi termal dari komponen organic tanpa kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan, gas, dan arang. Cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita kenal sebagai bio-oil. Produk yang dihasilkan dalam proses fast pyrolisis tergantung dari komposisi biomassa yang digunakan sebagai bahan baku, kecepatan, serta lama pemanasan. Rendemen cairan tertinggi yang dapat dihasilkan dari proses fast pyrolysis berkisar 78% dengan lama pemanasan 0,5-2 detik, suhu 400-600ᵒC, dan proses pemadaman yang cepat pada akhir proses. Pemadaman yang cepat sangat penting untuk memperoleh produk dengan berat molekul tinggi sebelum akhirnya terkonversi menjadi senyawa gas yang memiliki berat molekul rendah.
Proses produksi bio-oil dimulai dengan persiapan bahan baku lignoselulosa seperti kayu atau limbah agroindustri menjadi partikel-partikel yang lebih kecil hingga berdiameter kurang dari 1mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat reaksi pirolisis. Selanjutnya, bahan dimasukkan ke dalam reactor yang dipanaskan pada suhu 450-500ᵒC tanpa kehadiran oksigen. Di dalam reactor pirolisis, partikel akan dikonversi menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang tidak dapat dikondensasi, dan padatan arang. Kemudian, produk ditransportasikan ke dalam cyclone. Di dalam cyclone, gas yang dapat dikondensasi akan dikondensasikan (selanjutnya disebut sebagai bio-oil) dan arang yang terbentuk dipisahkan. Sementara itu, gas yang tidak dapat terkondensasi (termasuk didalamnya CO2, H2, CH4,) akan dibakar dibakar dan dikembalikan ke reactor untuk menjaga panas proses.
Dalam reaksi produksi bio-oil tidak dihasilkan limbah. 100% bahan baku dikonversi menjadi bio-oil dan arang, sedangkan gas yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses sebagai sumber energy. Tiga produk akhir  yang dihasilkan dalam proses pirolisis yaitu (60-75wt%), arang (15-20wt%), dan gas tidak terkondensasi (10-20wt%).
Arang merupakan by product dalam pembuatan bio-oil, berwujud padatan berbentuk granular. Seperti halnya bio-oil , arang termasuk bahan bakar ramah lingkungan. Arang dapat digunakan sebagai bahan bakar karbon aktif dan setelah dimurnikan dapat digunakan sebagai bahan pensubstitusi anthracite coal yang umumnya dimanfaatkan dalam pembuatan baja .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar