Bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemar yang ada di lingkungan dengan menggunakan peranan
mikroorganisme (jamur dan bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi bahan pencemar agar menjadi senyawa yang tidak beracun atau kurang
beracun, sehingga kondisi
lingkungan dapat kembali seperti semula.
a.
Bioremediasi in-situ
Adalah proses
pembersihan bahan pencemar tanpa melalui pemindahan bahan ke lokasi lain.
Tahapan in-situ terdiri atas pembersihan lokasi, penambahan mikrobia
pendegradasi melalui proses injeksi (penyuntikan), serta proses bioremediasi
oleh mikrobia. Dalam hal ini, mikrobia akan mengeluarkan sekret yang kemudian
berikatan dengan senyawa racun tersebut.
Bioremediasi in-situ memiliki
keuntungan lebih mudah dan murah, terutama bagi daerah-daerahyang tidak
terjangkau oleh alat-alat berat untuk menggali lokasi yang tercemar. Akan
tetapi, terdapat pula kelemahan teknologi ini. Proses remediasi sangat
tergantung pada kemampuan hidup mikroorganisme. Dengan demikian, degradasi dan
pembersihan bahan pencemar dapat berlangsung lebih lama. Dalam bioremediasi
in-situ, penambahan nutrisi dan oksigen harus terus dilakukan agar mikroorganisme
tetap dapat hidup.
b.Bioremediasi ex situ
Adalah
proses pembersihan dengan menggali kemudian memindahkan bahan penceemar menuju
lokasi pengolahan limbah. Di tempat pengolahan limbah, bahan dibersihkan dari
zat pencemar dengan cara disimpan pada bak (tangki) kedap udara, lalu
dipompakan zat pembersih kedalamnya. Zat pencemar ini selanjutnya akan terpompa
keluar dan mengalami pengolahan lebih lanjut pada instalasi pengolahan limbah.
Pembersihan
ex situ ini jauh lebih mahal dan rumit. Sebagai contoh, apabila ada tumpahan
minyak di permukaan tanah yang dibawahnya terdapat sumber air, maka harus
dilakukan penggalian dan pemindahan tanah ke lokasi lain. Kemudian tanah
tersebut harus dibakar agar bahan pencemarnya hilang lalu air tanah dipompa dan
dihilangkan minyaknya.
Sebelum
melakukan remediasi, terdapat hal-hal yang perlu diketahui pada lokasi tercemar
:
1.
Jenis pencemar (organik atau anorganik,
terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak)
2.
Kadar zat pencemar
3.
Jenis tanah
4.
Kondisi tanah (basah
atau kering)
5.
Lama pengendapan zat
pencemar di lokasi
6.
Kondisi pencemaran
(berat atau ringan)
Terdapat
beberapa contoh dalam teknologi bioremediasi, yaitu :
1.Bioaugmentasi : adalah penambahan
mikroorganisme alami atau hasil rekayasa genetika untuk meningkatkan kemampuan
bioremediasi.
2.
Bioreaktor : adalah penambahan
mikroorganisme dan enzim untuk mengolah bahan pencemar. Teknik ini biasanya
digunakan untuk senyawa beracun yang terdapat pada limbah padat dan tanah.
3. Biostimulasi : adalah penambahan nutrisi
atau substrat untuk menstimulasi organisme alami yang tidak dapat melakukan
bioremediasi.
4.Bioventing : adalah teknik biostimulasi
dengan cara pelepasan oksigen. Bioventing umumnya digunakan untuk tanah yang
tercemar minyak, namun tidak sesuai untuk meremidiasi gas halogen yang merupakan
pencemar ozon.
5.Biofilter : adalah pembersihan gas-gas
organik dengan cara melewatkan
udara melalui kompos atau tanah yang mengandung mikrobia pendegradasi gas.
6. Pengomposan : adalah pencampuran kompos
yang mengandung mikroorganisme dengan bahan pencemar. Campuran ini diperlakukan
pada kondisi tanpa oksigen pada suhu hangat supaya dapat terurai. Hasil
pengomposan kemudian diolah lebih lanjut dengan bioaugmentasi.
7. Landfarming :
pengolahan untuk meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme bioremidiasi.
Tidak
semua pencemar dapat diolah langsung melalui bioremediasi. Beberapa pencemar
seperti logam berat cadmium (Cd) atau timbal (Pd) tidak langsung dapat diserap
oleh mikroorganisme. Untuk itu perlu digunakan pula tanaman untuk menghilangkan
atau mengubah pencemar (fitoremediasi).
B.
Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi
pembersihan pencemar dengan menggunakan peranan tumbuhan.
Tanaman memiliki kemampuan sangat
baik dalam penyerapan air, mineral, dan logam dari lingkungan. Setelah
menyerapnya, tanaman akan menyimpan mineral dan logam ke dalam jaringan.
Beberapa tanaman memiliki kemampuan untuk mengekstrak senyawa logam berbahaya
seperti arsen, timbal, dan uranium yang mencemari tanah dan air. Sebagai contoh
adalah bunga matahari yang digunakan untuk membersihkan uranium pada kasus
meledaknya reaktor nuklir Chernobyl, Rusia.
Penyerapan logam berat pada tanaman
ini tidak akan berbahaya kecuali tanaman tersebut dimakan oleh manusia. Untuk
menghilangkan logam berat, maka tanaman harus bersimbiosis dengan bakteri sehingga bakteri akan menghasilkan sekret yang dapat
menghasilkan logam.
Fitoremidiasi
pada dasarnya terdiri atas beberapa tahap proses :
a.
Fitoekstrasi yaitu pengambilan senyawa beracun dari lingkungan diikuti dengan
penyimpangan pada organ dan jaringan tanaman (fitoakumulasi).
b. Fitostabilisasi
yaitu proses reduksi atau pemindahan senyawa dari lingkungan.
c.
Fitostimulasi yaitu mempercepat kemampuan degradasi senyawa beracun dengan cara
menambahkan mikrobia (bakteri) yang aktif, pada umumnya pada akar tanaman.
d.
Fitotransformasi yaitu pengambilan senyawa beracun dari lingkungan namun
diikuti secara bersamaan dengan proses degradasi pada tanaman (fitodegradasi).
e.
Fitovolatilisasi adalah pembersihan tanah tanah dan air dari bahan tercemar
dengan cara menguapkan senyawa yang telah didegradasi ke udara.
C.Biofilm
Adalah
kelompok mikroorganisme yang membentuk
pelekatan pada suatu permukaan benda padat sehingga mikroorganisme berada dalam
keadaan diam, tidak mudah lepas atau berpindah tempat. Pembentukan kelompok dan
pelekatan tersebut merupakan respon simbiosis akan kurangnya nutrisi, atau
untuk perlindungan mikroorganisme dari lingkungan yang kurang mendukung bagi
pertumbuhannya. Biofilm dapat terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme
seperti bakteri, protozoa, fungi, atau alga.
Biofilm
umumnya ditemukan pada permukaan yang padat pada lingkungan berair, misalnya
batu dan kerikil yang ada di sungai. Dalam lingkungan alami perairan, biofilm
digunakan untuk mengatasi pencemaran air. Mikroorganisme biofilm dapat
memurnikan air yang tercemar dengan cara membentuk simbiosis. Bakteri akan
menguraikan dan membersihkan senyawa organik,
sedangkan protozoa akan memisahkan senyawa berbentuk
padatan.
Saat
ini penggunaan biofilm untuk menguraikan polutan pada industri sebelum dibuang ke
perairan sudah dilakukan beberapa Negara maju seperti AS. Mereka mengembangkan
sistem saringan berpori (trickling filter system)
dengan menyediakan area seperti pasir atau bebatuan untuk medium pembentukan
biofilm yang akan menyaring air tercemar.
terimakasih ..postingan Anda sangat berguna
BalasHapus